Senin, 24 Oktober 2011

Guru TK Part 5

Hari itu hari senin, selepas upacara kelas B3 belajar menulis. menulis ba-bi-bu-be-bo, sebagai guru (kesayangan), murid murid pun berebutan memanggil gw, mereka minta diajarin atau yang lebih ngeselin mereka cuma minta ditemenin. Gw pun sibuk kesana kesini, tunjuk sana tunjuk sini, ada yang minta pegangin tangannya, ada yang minta tulisin, ada yang gak bisa megang pensil, ada yang naek naek lemari, ada yang nyumput nyumput di loteng, ada yang buka buka celana.

Hingga setelah suasana kelas agak tenang, gw pun duduk diam, bersandar pada sebuah kursi yang diduduki salah satu murid gw yang bernama Sofi.

Sofi adalah anak yang grasak-grusuk, gratakan, tumbur sana sini, klo jalan gak liat-liat, klo makan berantakan. Bisa dibilang dia tipe tomboy..

Sofi sering nanya sama gw,
"bu, kok nama kita sama sih bu?"
gw pun (pengen) menjawab
"iya, kan papa kamu pernah ada maen sama ibu. makanya dia namain kamu pake nama ibu"
atau
"iya, kan mama kamu ngefans sama ibu"
atau
"kan kita kembar :')"
atau
"berarti nanti kamu besarnya pasti cantik kya bu guru"
tapi nyatanya gw cuma ngejawab
"coba kamu tanya aja sama mama kamu.. hehe"

Suatu hari gw juga pernah berdebat sama dia..
"bu, bahasa inggrisnya pasir apa bu?"
"sand.."
"klo book itu bahasa inggrisnya apa bu?"
"book itu bahasa indonesianya buku.."
"iiihhh bukan loh bu, bahasa inggrisnya book apa?"
"ya book itu bahasa inggrisnya dari kata buku, sofi.."
"bukan. itu loh bu, yang kalo kita mau eek itu.. kan book!"
"book? poop ya maksudnya?"
"kata mama aku book!"
"poop sayang, bukan book"
"book"
"poop"
"book!"
"poop!"

gw pun semakin larut dalam lamunan, lalu..
BRUUUUUUKKKKK!!!
Sofi yang duduk di kursi yang gw sandari pun jatuh tepat di punggung gw, lebih tepatnya sengaja ngelompat dari kursi ke punggung gw. Dengan posisi pensil menancap di punggung gw pula.
gw langsung terdiam, lalu air mata gw berlinangan. merasakan sakit dari pensil yang menghujam.

Kelas b3 pun sunyi..

dramatis..

Lalu beberapa detik kemudian ramai lagi, ramai suara suara kepanikan murid murid gw.
ramai suara suara yang menyalahkan sofi, sofi pun terpojok, tertindas, tidak punya teman. Sofi pun menangis, tapi dia gak minta maap. sofi merenung dipojokan kelas sambil nyilet-nyilet tangan.

Lalu Kepala sekolah pun datang, menanyakan apa yang terjadi. Dan satu kelas makin menyalahkan sofi, sofi makin terpuruk, ia pun gantung diri.

Gw bergegas ke UKS dan ngambil betadine. setelah gw liat ternyata lukanya kecil. cuma memarnya itu loh, bengkaknya gak nyantai. Alhasil gw olesin trombopop terus gw tetesin betadin. Kulit gw pun terbakar, mengelupas, melebar ke seluruh tubuh, gw pun berubah jadi monster.

Gw tengok ke lapangan bermain dari jendela UKS, kelas B3 sudah diluar. Sofi bermain dengan Bu Yati, kepala sekolah. karena gak ada yang mau maen sama dia hari itu.
gw pun, terharu.
lalu gw keluar, ikut mengawasi murid yang main. Terus gw samperin sofi, gw berlulut di depannya, meminta maaf karena sudah membuat hidupnya berantakan.

gw samperin sofi dan gw tanya
"sofi gak maen?"
dia cuma geleng kepala sambil gigitin jempol. lalu gw tarik tangannya dan gw ajakin masuk kedalam sebuah gua, gua yang ada harta karunnya. Gw sudah menantikan moment ini, moment dimana gw bisa mendapatkan orang yang bisa gw percayai untuk tidak membocorkan rahasia tentang harta karun ini.

Gw pegang tangan Sofi, dan gw ajak main ayunan. Biar dia gak merasa bersalah.

Bagaimana pun, gw rasa ini adalah kesalahan besar. Ya, Nangis di depan murid adalah kesalahan yang besar. Gw merasa wibawa gw di depan murid, guru lain, dan wali murid jadi gak oke lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar